Minggu, 02 Januari 2011

Internet Dalam Proses Pembelajaran


17.44 |


Peluncuran WWW (World Wide Web) pada 1990-an telah membuka babak baru dalam perkembangan internet yang sudah da sejak 1950-an. Sejak saat itu tulang punggung utama internet berpindah dari DARPA dan badan penelitian ke perusahaan swasta di Amerika Serikat. Hanya setelah digunakan untuk transaksi bisnis dan komersil, potensi internet menjadi makin jelas. Dengan demikian, internet tidak lagi merupakan sleeping giant.
Kini, selain digunakan untuk mengakses berbagai infor-msi, internet juga digunakan sebagai alat pembayaran, perda-angan, pemasaran dan pendidikan. Untuk dapat mengguna-annya, perlu diketahui URL (Uniform Resource Locator). Suatu jntoh alamat web di internet yang mempunyai format generik ttp://www.gu.edu.au/gwis/cinemedia.home.html. Dari alamat web apat dijelaskan beberapa hal berikut:
'http'. merujuk kepada dokumen hyperteks,
'www.gu',   menyatakan   bahwa   dokumen   itu   ditempatkandalam pelayan WWWdi GriffithUniversity,
'edu',   pertanda   untuk   menunjukkan   badan   itu   institusi pendidikan,
'au' kode geografi untuk Australia,
‘gwis/cinemedia' menerangkan bahwa file itu terdapat dalam dua direktori.
'home.html' merupakan identitas nama CineMedia.
Setelah diberikan sayap WWW, internet berkembang pesat lenjadi museum maya, perpustakaan maya dan pasar raya informasi maya yang paling besar di dunia. Justru itu, ia dijadikan Dasar untuk membangun dunia informasi dunia. Jika ingin mengetahui sebesar mana internet sekarang? Pertanyaan itu bisa dijawab dari pertanyaan-pertanyaan berikut:
Berapa banyakkah web di Internet sekarang?
Berapa banyakkah penggunanya?
Berapa banyakkah jaringan komputer sudah disambungkan kepadanya?
Berapa banyakkah hos Internet?
Berapa banyakkah pelayan WWW?                          
Pada tahun 1981, pengguna internet di Amerika Serikat hanya berjumlah 213. Angka itu melonjak menjadi 617,000 pada tahun 1991. Pada akhir tahun 1977, terdapat 99.96% pengguna internet di seluruh dunia. Dengan demikian bilangan pengguna­nya meningkat 20% setiap bulan.
Faktor utama daya tarik internet adalah dari sisi kemampu-an internet dalam mengakses informasi teks, audio, gambar, perkiraan, ilustrasi dan yang lain dari 320 juta web di internet dengan lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan media komunikasi/informasi yang lain. Salah satu cara untuk mencari informasi di internet ialah dengan menggunakan mesin pencarian (search mesines). Kini terdapat 300 juta buah mesin pencarian internet. Di antara yang popular ialah AltaVista, Excite, HotBot, Infoseek, Lycos, Open Text, MetaCrawler, WebCrawler dan Yahoo. Dari segi teknikal, fungsi mesin pencarian meliputi:
1.     Indeks informasi baru - satu proses peng-update-an infor­masi. Oleh karena fungsi itulah, sebagian mesin pencarian sebagai Crawler, Spider, Worm atau Robot.
2.     Menstor halaman Web yang sudah diindeks.
3.     Memberikan informasi dalam setiap halaman Web sehingga mudah dicapai. 'Kemudahan' itu disebabkan karena diguna-kannya teknologi hyperlink atau metasearch.
Semua perusahaan yang mengendalikan mesin pencarian mengklaim produk mereka sebagai yang paling hebat, cepat, berukuran besar dan mempunyai ciri pencarian yang paling baik untuk menjamin accuracy, precision dan membuat ranking. Ciri-ciri pencarian itulah yang memberi nilai tambah sesuai dengan yang dikehendaki pengguna. Hasilnya, kita tidak perlu mencari informasi yang dikehendaki dari setiap web secara berlainan. Dengan demikian, pencarian informasi di internet dengan meng­gunakan mesin pencarian itu sangat menghemat waktu dan tenaga. Dengan adanya mesin pencarian, dapat diberikan lebih dari 45% informasi yang dikehendaki. Permasalahannya sekarang ialah apakah dengan demikian tingkat kepuasan sudah me-ningkat? Kalau bisa, bagaimana caranya?
Oleh sebab hanya sedikit dari informasi yang terkandung dalam 320 juta web itu diperlukan, mencari informasi yang sesuai tidaklah semudah dan secepat seperti yang digembar-gemborkan walaupun mesin pencarian dikatakan semakin lama semakin cepat, canggih dan besar! Analogi susahnya kerja itu adalah se­perti kita menambang emas. Yang didapati hanyalah beberapa gram 'bubuk emas' setelah seminggu atau sebulan kita mengorek batu dan tanah keras, dan setelah sebegitu banyaknya modal ditanamkan. Adakah Informasi yang sedikit itu 'worthwhile', yaitu setimpal dengan waktu dan tenaga kita? Apakah informasi itu berguna atau sebaliknya adalah masalah yang sangat subjektif dan ilustratif. Ketepatan dan kejituannya tergantung pada penafsiran individu.
Melihat 'information overload is counterproductive', maka pertanyaan 'is Internet a useful information tool to get useful in formation?'adalah biasa. Memikirkan itu, kita kadang-kadang bertanya: tidakkah internet akan menambah lagi masalah letusan informasi yang sudah menjadi semakin terabaikan? Melihat internet sudah menjadi bagian dari hidup kita, maka kita perlu bersikap positif terhadapnya. Oleh karena itu, pertanyaannya apakah keistimewaan teknologi informasi ciptaan abad yang ke-21 ini? Dapatkah ia menunjukkan suatu jalan keluar kepada orang yang tersesat dalam hutan belantara informasi, atau karam di lautan Informasi?
Sebelum menjawab persoalan tadi, masih banyak persoalan lain yang perlu difikirkan bersama. Di antaranya ialah persoalan yang sebagai berikut: Apakah penyebab orang banyak yang tertarik kepada Internet? Apakah dengan berbuat demikian, kita sudah dianggap berada di garis depan perkembangan infotech? Atau karena lingkungan informasi hari ini sudah berbeda dari mas a lalu, maka kita perlu mengubah perilaku komunikasi kita, agar tidak ketinggalan zaman, lantaran tidak dianggap 'orangnya modern, tetapi otaknya kolot'? Atau karena Informasi eletronik di internet itu lebih mudah dicapai karena berstrukturkan hiperteks dan hyperlinks, maka sudah sewajarnya kita mengetahuinya untuk dimanfaatkan agar dapat bertahan, lebih-lebih lagi untuk mempertajam daya saing kita dibandingkan dengan orang lain.
Yang menjadi isu pokok di sini ialah perilaku pencarian informasi kita yang perlu berubah, dari informasi cetak yang ber-dasarkan kertas dan mikroform yang statik dan lateral kepada informasi eletronik yang cair (fluid) dan juga yang melahirkan konsep virtual. Tantangan yang dihadapi ialah kita perlu pandai menyaring (filter) informasi yang banyak itu untuk mendapatkan informasi yang berkualitas dan yang sesuai. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengalaman menggunakan komputer tidak sesuai dengan keberhasilan mencari informasi di internet. Mencari Informasi di internet merupakan suatu proses kemahiran dan pengalaman baru.
Sementara itu, kritikan umum tentang internet juga banyak. Di antaranya ialah jumlah pengguna bertambah setiap waktu, tetapi informasi baru tidak bertambah menurut kadar yang diperkirakan. Yang berlaku sekarang ialah dokumen yang sama dibungkus semula (repackaged} atau diperbanyakkan versi-nya, maka diulang-ulang. Perbuatan itu hanya membesarkan angka ukuran pangkalan data, tetapi bukan angka ukuran doku­men yang sebenarnya. Yang kita perlukan ialah informasi baru tentang ilmu dan kasus baru, dan bukan mesin pencarian yang baru tetapi menampilkan informasi yang sama. Internet bukanlah 'a genuinely useful information tool due to lack of organization and strucuture'. Hasilnya, Internet dikiaskan sebagai pasar raya informasi yang tidak terawat! Banyak pengguna internet merasa perlu adanya panduan penggunaan internet yang bisa dipercaya. Panduan itu harus dibuat oleh pakar yang berhak yang tahu seluk beluk, asal usul, kelemahan dan kekuatan, masalah besar dan kecil serta juga perkembangan terkini mesin pencarian yang mereka sendiri gunakan.
Oleh sebab itu, semua orang bisa memasukkan apa saja informasi di Internet, 'it's 'an end-user terrain ... It's there at anyone's disposal', maka kualitas informasi berbeda dari seorang ke seorang yang lain. Akibatnya, fakta dan perkiraan dari web individu atau badan yang tidak berhak perlu dikaji disahkan dengan sumber lain yang berhak. Kepada penyelidik dan pusta-kawan, sumber informasi sama pentingnya dengan isi kandungan informasi. Selain itu, informasi di internet tidak atau jarang menyebut sumbernya, termasuk tanggalnya. Kalau demikian, tidak diketahui bagaimana informasi dalam internet itu di-kumpulkan, apa lagi asal usulnya.
Kebanyakan informasi dalam internet bisa diperoleh dari media lain. Tetapi, informasi yang penting, yang bermutu tinggi dari pada jurnal yang ternama dan hasil penyelidikan pakar, jarang didapati di internet, apalagi secara gratis. Tetapi, hanya informasi yang bermutu dan yang penting saja bisa menentukan menang tidaknya persaingan kita dengan orang lain dalam mendapatkan kontrak, membeli saham pada harga yang murah dan menjualnya ketika harganya naik.
Internet adalah media penyebaran informasi eletronik yang paling murah dan cepat. Kedua-dua faktor itu membuat semakin banyak peneliti membangunkan homepage mereka. Hasilnya, ter-dapat informasi yang bernilai di samping yang sebaliknya. Oleh sebab banyaknya informasi yang tidak berkualitas, maka penye-lidik senantiasa meragukan nilai, mutu dan keabsahan mayoritas informasi di internet. Mereka menambahkan bahwa 'Internet is for people who have enough time to browse through irrelevant information in search of pearls. Kritik itu disebabkan 'most of the information on the Internet is free. It has been haphazardly organized and is of very mixed reliability'.
Masalah yang sering dijumpai itu membuat mesin pen-carian yang juga dikiaskan sebagai kereta laju yang dipandu di jalan raya informasi itu tidak bersambut kedua belah tangan. Masalah itu disebabkan oleh perbuatan kita sendiri. Oleh karena itu timbul komentar bahwa pengguna Internetlah yang membuat Internet seperti hari ini. Masalah itu sulit dihindarkan, memikir-kan bahwa semua orang bisa menyiarkan apa saja di internet. Akibatnya internet juga dikritik penuh dengan mel sampah, propaganda, informasi salah yang menyesatkan.
Untuk saat ini, tidak ada lembaga yang berperan sebagai pengatur dalam mengawasi isi kandungan informasi yang diper-sebarkan di internet. Internet Architeture Board dan Internet Society hanya mengendalikan hal yang bersifat teknika, termasuk menentukan protokol yang baru dan yang sesuai di internet. Akibatnya, terdapat banyak Informasi yang mengumpat dan menghina orang lain di internet. Dari segi itu, internet bisa juga dipandang sebagai dinding yang paling panjang di dunia bagi sebagian orang untuk mencurahkan perasaan marah yang ter-pendam dan berbuku di dalam hati. Perbuatan itu adalah seperti perbuatan anak nakal yang suka mencoret-coret dinding WC.
Apakah dampak internet kepada perpustakaan? Setelah diotomasikan, dijaringkan pangkalan data dan sistem on-line, lebih-lebih lagi dengan meningkatnya penerbitan eletronik dalam masa kebelakangan ini, banyak perpustakaan manual sudah berkem-bang menjadi perpustakaan digital atau eletronik atau maya. Dalam masa peralihan itu, hanya sebagian kecil pengguna kebe-ratan mengakses informasi eletronik. Mereka itu, kebanyakannya profesor yang tua, yang tidak mempunyai literasi komputer, lebih menggemari bahan cetak dari pada bahan eletronik. Alasannya ialah hampir semua informasi eletronik dari internet, pangkalan data, sistem on-line, CD-ROM masih perlu dibuat salinan ke dalam kertas untuk bisa dipegang, dibaca, disimpan dan dibawa ke mana-mana untuk dirujuk dengan lebih mudah! Sebaliknya, generasi muda yang mempunyai literasi komputer mendapati informasi eletronik bisa didapat dengan lebih mudah, cepat dan flesibel bandingkan dengan informasi cetak. Walau bagaimana-pun, selama perpustakaan disebut sebagai gedung ilmu, selama itulah bahan cetak, manuskrip, mikroform dan bahan bahan eletronik era eletronik harus dikumpulkan, disimpan dan dijaga.
Pertanyaan selanjutnya ialah sejauh mana internet akan mengubah peranan perpustakaan dan fungsi pustakawan tra-disional? Untuk permasalahan tadi, ternyata bahwa internet merupakan satu lagi contoh tentang perkembangan teknologi informasi yang membantu pengguna zaman sekarang dapat mengakses informasi secara langsung. Kalau demikian, pengguna dapat langsung melewati pustakawan yang selama ini lebih me-mainkan peranan sebagai orang tengah dalam rangkaian penye-baran informasi dari pada sumber informasi kepada pengguna melalui perpustakaan. Oleh sebab sebagian besar peranan mem-bawa informasi dari luar ke dalam perpustakaan telah diambil alih teknologi Informasi, seperti CD-ROM, sistem on-line dan internet, misalnya, maka untuk bertahan, lebih-lebih lagi untuk mengambil hati pengguna generasi baru, pustakawan perlu meng­ubah fungsi mereka menjadi information searching experts dan juga information filters dalam arti kata lebih perlu memberi nilai tambahan kepada informasi yang diproses. Pendek kata, mereka perlu berganti peran dari conduits kepada facilitators dengan memanfaatkan kapasitas internet sebagai kemudahan Informasi.
Perubahan yang dituntut itu berawal dari hakikat internet yang telah mengubah penerbitan cetak, selain mengubah asas ekonomi penerbitan, dan selanjutnya penjualan dan pemasar an buku dan jurnal. Perubahan itu juga turut melahirkan lingkungan informasi baru setelah 'All kinds of publishers are looking closely at the eletronic publishing and distribution of their wares as alternative to the costly process of hard-copy publishing', selain semakin banyak pengarang sudah menyebarkan karya mereka di internet. Memikirkan perkembangan itu, tentunya semakin lama semakin banyak penerbitan pada masa depan hanya bisa didapati dalam media eletronik, selain bahan-bahan eletronik itu hanya bisa dibaca dengan komputer dan infotech lainnya. Yang lebih hebat lagi ialah pengguna juga bisa memilih bab yang tertentu dari pada sebuah buku, atau artikel yang tertentu dari pada sebuah jurnal. Kesemua itu menyatakan bahwa lingkungan informasi kini sudah berbeda dari zaman dahulu. Perkembangan baru itu juga tentu banyak implikasinya ke atas perpustakaan dan pustakawan. Soalnya tidakkah teknologi informasi itu mengancam survival pustakawan dan mengambil alih peranan perpustakaan?
Teknologi informasi, seperti CD-ROM, pangkalan data, sistem on-line dan juga internet tidak akan memaksa perpus­takaan manual itu tutup dan pustakawannya kehilangan kerja. Yang pasti ialah buku dan jurnal digital akan bertambah dengan jumlah yang lebih banyak dari pada media yang menggunakan kertas. Di sinilah timbulnya tantangan baru: bahan media elek-tronik memerlukan kaedah pengurusan yang baru, selain tek­nologi informasi yang baru. Pengelolaan informasi digital akan lebih rumit dan menantang berbanding dengan informasi media cetak. Oleh itu, banyak perpustakaan universitas dan nasional di banyak negara sudah mulai berubah menjadi perpustakaan eletronik atau digital atau maya, sementara pustakawan sudah menjadi pustakawan eletronik, digital atau maya sejak awal 1990-an. Pendek kata, perkembangan infotech itu tidak boleh dilihat sebagai ancaman dari pandangan yang pesimistik, tetapi perlu dilihat dari pandangan yang optimistik dalam arti kata bisa dan akan membuka jalan baru kepada pustakawan untuk mempe-lajari kemahiran menggunakan teknologi baru sesuai dengan lingkungan informasi yang baru.
Sikap optimistik itu penting. Pertama, internet satu cabang dari pada NIS (Network Information System) telah menyelesaikan banyak masalah yang selama ini menjadi duri dalam daging dalam pengelolaan informasi cetak. Seandainya satu dokumen cetak hanya dapat diakses seorang dari satu lokasi pada satu ketika, kini teknologi NIS sudah bisa banyak orang mengakses dokumen digital yang sama, tidak melihat apakah dari lokasi yang sama atau yang berlainan serentak. Kedua, teknologi itu juga dapat mengatasi masalah perlunya setiap perpustakaan memiliki dokumen yang sama, maka menimbulkan masalah duplikasi yang berkesudahan dengan pemborosan uang, tenaga dan waktu. Ketiga, manifestasi manfaat lain internet ke atas operasi perpustakaan ialah dari pada segi melengkapkan koleksi perpustakaan dengan lebih banyak informasi eletronik, lantas menolong mempercepatkan proses pembentukan perpustakaan digital. Perpustakaan jenis baru itu tentunya semakin kuat bergantung pada komunikasi informasi on-line dan eletronik di satu pihak, sementara mengurangkan kebergantungan pada informasi cetak dan mikroform. Masalah sekarang ialah bisakah perpustakaan yang ada itu dikembangkan menjadi 'one-stop shop for on-line information and electronic communication'?
Jawaban kepada permasalahan di atas itu tergantung pada kreativitas dan inovasi kita memanfaatkan keistimewaan inter­net. Pengguna internet sepakat mengatakan teknologi itu sudah memudahkan kita berkomunikasi dengan kawan, lembaga, per-usahaan, universitas dan sebagainya tidak melihat waktu, lokasi dan jarak. Kelebihan sifat internet itu telah dimanfaatkan pe-nerbit, perusahaan dan lembaga yang berwibawa sebagai media menyebarkan laporan, katalog, perangkaan dan berita masing-masing sebelum informasi itu disebarkan dalam media cetak, sekiranya dirasa perlu. Pemilihan internet sebagai media penye-baran informasi yang utama bukan saja disebabkan karena jauh lebih cepat dan murah, tetapi juga jauh lebih luas penyebarannya-sehingga ke seluruh dunia. Melihat keistimewaan itu, maka tidaklah keterlaluan jika dikatakan bahwa selagi tidak ada prasa-rana komunikasi yang lebih baik, internetlah yang akan diper-kembangkan kapasitasnya sehingga menjadi saluran penghantar-an dan penerimaan Informasi yang standard suatu hari nanti.
Sebagai kesimpulan, wajar dikatakan bahwa internet yang berupa 'a vast global collection of networks' itu telah merevolusi-kan komunikasi, selain membolehkan manusia mengakses infor­masi tidak melihat waktu, lokasi dan jarak. Banyak orang yang tertarik kepada internet karena publisitas itu telah merasa amat kecewa setelah mendapati tidak banyak informasi yang sesuai dan yang baru. Ini juga disebabkan kebanyakan web di internet hanyalah toko maya untuk menjual produk dan jasa. Di sini timbul komentar yang mengatakan 'There is a lot in the shop windor, but not a lot in the shop itself. Information providers Internet dapat dirumuskan sebagai "a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources' (Williams, 1999). Tampaklah bahwa pengertian internet tidak hanya terbatas pada aspek perangkat keras (infrastruktur) berupa seperangkat komputer yang saling berhubungan satu sama lain dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan data, baik berupa teks, pesan, grafts, maupun suara. Dengan kemampuannya, dapat dikatakan bahwa internet merupakan suatu jaringan komputer yang saling terkoneksi dengan jaringan komputer lainnya ke seluruh penjuru dunia (Kitao, 1998).
Di samping itu, pengertian internet juga mencakup pe­rangkat lunak yaitu berupa data yang dikirim dan disimpan yang sewaktu-waktu dapat diakses. Beberapa komputer yang saling berhubungan satu sama lain dapat menciptakan fungsi sharing yang secara sederhana hal ini dapat disebut sebagai jaringan (networking). Fungsi sharing yang tercipta melalui jaringan (networking) tidak hanya mencakup fasilitas yang sangat dan sering dibutuhkan, seperti printer atau modem, tetapi juga yang berkaitan dengan data atau program aplikasi tertentu. Kemajuan lain yang berkaitan dengan internet sebagaimana yang di-kemukakan oleh Kenji Kitao adalah bahwa lebih dari 15 juta terminal komputer di seluruh dunia terkoneksi ke internet. Terdapat sekitar 100 juta orang pengguna internet setiap harinya. Bahkan lebih jauh diperkirakan akan terjadi peningkatan sekitar 20% jumlah komputer yang terkoneksi ke internet setiap tahunnya (Kitao, 1998).
Penggunaan internet di dunia pendidikan merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa terelakan. Internet menjadi metoda/sarana komunikasi yang sangat handal dan sangat bermanfaat bagi kepentingan para peneliti, guru, dan peserta didik. Sehingga perlu dipahami karakteristik dan potensi internet agar dapat di-manfaatkan secara optimal untuk kepentingan dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran.
C.    Fungsi Internet
Menurut Kenji Kitao, setidaknya ada enam fungsi internet yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari (Kitao, 1998), yaitu fungsi sebagai alat komunikasi, sebagai alat meng-akses informasi, fungsi pendidikan dan pembelajaran, serta fungsi tambahan, fungsi pelengkap dan fungsi pengganti.
1.      Fungsi Alat Komunikasi
Internet berfungsi sebagai alat komunikasi, karena internet dapat kita gunakan sebagai sarana komunikasi ke mana saja secara cepat. Komunikasi yang dimaksud dapat berupa e-mail, atau berdiskusi melalui chatting maupun mailing list.
Apa bedanya berkomunikasi dengan menggunakan telepon dan facsimile (fax) yang juga sama-sama mampu menyampaikan informasi sangat cepat? Pada komunikasi yang menggunakan telepon, semakin jauh jarak orang yang berkomunikasi, semakin mahal pula biaya pulsa telepon yang harus dibayar. Pembayaran akan semakin mahal lagi manakala waktu berkomunikasi ber-langsung lebih lama sesuai dengan banyaknya informasi yang disampaikan. Namun, dalam berkomunikasi melalui internet, pulsa telepon yang dibayar hanyalah pulsa lokal. Tidak ada peng-aruh jarak atau jauh-dekatnya orang yang dihubungi (komu-nikan). Cukup membayar biaya pulsa telepon lokal di samping biaya langganan bulanan kepada Internet Service Provider (ISP), maka berbagai informasi atau dokumen yang perlu dikomunikasi-kan dapat terkirimkan dengan sangat cepat. Jika dokumen yang akan dikirim cukup banyak, maka dokumen tersebut dapat di-siapkan secara cermat terlebih dahulu dan kemudian dikirimkan sebagai lampiran e-mail (attachment). Dengan demikian, kesalah-an penyampaian informasi dapat dihindarkan.
Komunikasi melalui facsimile (fax), prosesnya memang sama-sama berlangsung dengan sangat cepat dan informasi atau dokumen yang akan dikirimkan telah dipersiapkan terlebih dahulu. Namun semakin jauh jarak tujuan pengiriman fax, maka semakin besar pula biaya yang harus dibayar. Biaya pengiriman ini akan semakin besar lagi manakala semakin banyak jumlah lembar dokumen yang akan dikirimkan lewat fax. Namun demi-kian, masih belum atau tidak ada jaminan mengenai kualitas pe-nerimaan dokumen yang dikirimkan. Adakalanya terjadi gang-guan dalam penerimaan facsimile (fax), seperti tidak semua lembar dokumen secara utuh (lengkap) diterima di tempat tujuan. Di samping kualitas teks-nya kurang baik, adakalanya juga tidak jelas sampai tidaknya atau mengalami distorsi.
Komunikasi yang diuraikan di atas masih bersifat pribadi dari seseorang kepada orang lain (one-to-one communication). Dengan memanfaatkan teknologi internet, maka komunikasi dari seorang kepada banyak orang (one-to-many communication) dapat dilakukan secara simultan/bersamaan, seperti misalnya melalui fasilitas e-mail, mailing list, atau chatting.
2.      Fungsi akses informasi
Melalui internet, kita juga dapat mengakses berbagai in­formasi yang disajikan oleh berbagai surat kabar atau majalah tanpa harus berlangganan. Demikian juga dengan berbagai infor­masi lainnya, mulai dari yang paling sederhana, seperti prakiraan cuaca, kurs valuta asing sampai pada hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan sosial, ekonomi, budaya, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Seseorang dapat mengakses berbagai referensi, baik yang berupa hasil penelitian, maupun artikel hasil kajian dalam ber­bagai bidang. Tidak lagi harus secara fisik pergi ke perpustakaan untuk mencari berbagai referensi sebab internet merupakan per­pustakaan yang terbesar dari perpustakaan yang ada di mana pun (Kitao, 2002). Seseorang cukup hanya duduk saja di depan komputer (tentunya menggunakan komputer yang dilengkapi fa­silitas koneksi ke internet) dan menggunakannya. Informasi yang tersedia dan dapat diakses melalui internet tidak hanya yang ada atau terjadi di suatu negara saja tetapi juga yang terjadi di se-luruh penjuru dunia (global world). Artinya, perkembangan yang terjadi di berbagai negara dapat dengan cepat diketahui oleh banyak orang. Demikian juga halnya dengan informasi yang menyangkut bidang pendidikan/pembelajaran.
Seseorang tidak perlu lagi harus hadir di ruang kelas/kuliah untuk mengikuti kegiatan pembelajaran/perkuliahan. Cukup dari tempat masing-masing yang dilengkapi dengan komputer dan fasilitas sambungan internet. Dengan dukungan fasilitas yang demikian ini, kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan. Arti-nya, peserta didik dapat berinteraksi dengan sumber belajar, baik yang berupa materi pembelajaran itu sendiri maupun dengan instruktur/guru yang membina atau bertanggungjawab mengenai materi pembelajaran. Kebebasan peserta didik untuk memilih kuliah secara tatap muka maupun melalui internet telah di­laksanakan di beberapa perguruan tinggi di Kanada (Camosun College, 1996).
3.      Fungsi pendidikan dan pembelajaran
Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembe-lajaran terus dilakukan.
Perangkat lunak yang telah dihasilkan akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers) bekerja sama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi pembelajaran elektronik (online learning material). Pembelajaran melalui internet dapat diberikan dalam beberapa format (Wulf, 1996), di antaranya adalah:
a)        Electronic mail (delivery of course materials, sending in assignments, getting and giving feedback, using a course listserv., i.e., electronic discussion group),
b)        Bulletin boards I newsgroups for discussion of special group,
c)        Downloading of course materials or tutorials,
d)       Interactive tutorials on the Web,
e)        Real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) systems or Internet Relay Chat.
Setelah bahan pembelajaran elektronik dikemas dan di-masukkan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui internet, maka kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan ketersediaan program pembelajaran tersebut agar dapat diketahui oleh masyarakat luas khususnya para calon peserta didik. Para guru juga perlu diberikan pelatihan agar mereka mampu mengelola dengan baik penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui intenet. Karakteristik/potensi internet sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentunya masih dapat diperkaya lagi dengan yang lainnya. Namun, setidak-tidaknya ketiga karakteristik/potensi internet tersebut dipandang sudah meniadai sebagai dasar pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui internet. Sebagai media pembe-lajaran terdapat tiga kedudukan internet di dalam kegiatan pem­belajaran, yaitu sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi.
4.      Fungsi Tambahan
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan me-manfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya hanya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Walaupun ma­teri pembelajaran elektronik berfungsi sebagai suplemen, para guru tentunya akan senantiasa mendorong, menggugah, atau menganjurkan para pembelajaranya untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang telah disediakan.
5.        Fungsi Pelengkap
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apa­bila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk meleng-kapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) yang bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Secara umum, para peserta didik dapat dikelompokkan atas 3 kategori, misalnya (1) fast learners, (2) average or moderate learners, dan (3) slow learners. Biasanya kelompok yang terga-bung dalam average learners (peserta didik berkemampuan rata-rata) sering agak dilupakan dalam pengelolaan kelas (classroom management) karena mereka ini dipandang sebagai peserta didik yang tidak terlalu bermasalah. Yang justru sering menjadi per-hatian atau yang membutuhkan penanganan khusus di dalam pengelolaan kelas adalah kelompok peserta didik yang lamban kemampuan belajarnya (slow learners) dan kelompok peserta didik yang cepat kemampuan belajarnya (fast learners). Bagi ke-dua kelompok peserta didik ini diperlukan program reinforcement (pengayaan), baik yang sifatnya enrichment bagi fast learners maupun remedial bagi slow learners. Materi pembelajaran elek-tronik dikatakan sebagai enrichment, apabila peserta didik dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disam-paikan guru secara tatap muka (fast learners). Kepada kelompok peserta didik ini diberi kesempatan untuk mengakses materi pem­belajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya adalah untuk lebih meningkatkan ku-alitas penguasaan para peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas atau tambahan materi pelajaran yang dinilai guru bermanfaat bagi peserta didik.
Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai program pengayaan yang bersifat remedial apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners). Kepada kelompok peserta didik ini diberi kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas. Akses materi pembelajaran elektro­nik yang memang secara khusus disediakan (diprogramkan) diha-rapkan akan dapat membantu memudahkan peserta didik dalam memahami/menguasai materi pelajaran yang disajikan guru.
6.      Fungsi Pengganti
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberi-kan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliah-an kepada peserta didik. Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah peserta didik mengelola kegiatan pembelajaran/ perkuliahannya sehingga peserta didik dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas lainnya dengan kegiatan perkuliahannya. Sehubungan dengan hal ini, ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih para maha peserta didik, yaitu apakah mereka akan mengikuti kegiatan pembelajaran yang di­sajikan secara (1) konvensional (tatap muka) saja, atau (2) sebagi-an secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Alternatif model pembelajaran manapun yang akan dipilih oleh peserta didik tidak menjadi masalah dalam penilaian. Artinya, setiap peserta didik yang mengikuti salah satu model pe-nyajian materi perkuliahan akan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika peserta didik dapat menyelesaikan


Download disini


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar